Rabu, 27 April 2011

SANGGAR SENI HASIL KREATIFITAS KELOMPOK DI DESA CIRUMPUT-CUGENANG-CIANJUR

Pohon Kelapa dan Pohon Pisang ini merupakan hasil kerajinan kelompok di Desa Cirumput yang terbuat dari kayu.   
       









Nah kalo yang ini tentunya lebih unik lagi, monyet-monyet tersebut dibuat dari buah kelapa hasil kreatif dan inovasi anggota kelompok tani Sekarwangi pula.            
                   









Tentunya yang ini pasti tidak asing lagi. ini pun bagian dari kerajinan hasil produksi sanggar seni yang ada di Desa Cirumput.



















Semua hasil kerajinan tersebut tentunya untuk dijual. Kami menawarkannya untuk anda semua bagi yang ikut andil terhadap lingkungan, karena 10% dari keuntungan penjualan merupakan sumbangsih anda yang ikut menyumbang untuk perbaikan lingkungan dibidang rehabilitasi lahan (penanaman pohon untuk Daerah Tangkapan Air)


Minggu, 24 April 2011

KAWASAN MATA AIR CIRUMPUT (LEDENG) YANG ASRI DAN PENUH HISTORIS

Pernahkah Anda Berkunjung Ke Desa Cirumput  Cugenang...?




Sebelah Barat dari pusat kota Cianjur terdapat sebuah desa yang memiliki potensi besar. Salah satunya adalah sumber mata air Cirumput dan merupakan sumber air yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Cianjur. Debit air yang sangat besar tersebut mengalir dari sumbernya ke kota Cianjur untuk digunakan sebagai kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari. PDAM tersebut sudah dibangun sejak zaman pemerintahan Belanda sekitar tahun 1812 yang lalu

Hampir setiap hari Minggu dan hari-hari libur lokasi ini kerap menjadi kunjungan banyak orang dari berbagai pelosok, padahal lokasinya biasa-biasa saja. Namun lokasi mata air tersebut memiliki kelebihan, selain dari mata airnya yang jernih dan gede, di lokasi tersebut terdapat sebuah pohon Bunut yang sangat besar dengan diameter lebih dari 15 meter dan tingginyapun lebih dari 15 meter. Bahkan konon kata orang-orang sesepuh yang tinggal di kampung sekitar, lokasi ini mempunyai latar belakang yang cukup historis, sehingga tidak sedikit orang yang berkunjung ke lokasi ini untuk mandi langsung dan menikmati kesegaran airnya.

Tempat ini sangat strategis, sehingga dapat dijangkau dengan kedaraan roda dua, namun untuk kendaraan roda empat hanya bisa parkir 200 meter sebelum ke lokasi. Masyarakatnyapun ramah-ramah serta kodisi dan budayanya masih kondusif. Pemandangan yang sangat indah mengelilingi titik lokasi tersebut, areal persawahan yang cukup luas terhampar bila memandang ke sebelah Timur.

Orang yang datang ketempat tersebut menyebutnya dengan istilah TAMBOK alias Taman Boke, maka dari itu lokasi ini sangat diminati banyak pengunjung karena tidak ada yang memungut biaya atau karcis sepeserpun.

Perlu disadari pula, bahwa kelanggengan airnya yang terus mengalir, merupakan hakekat yang maha kuasa. Kelompok Tani Hutan Rakyat yang mengelola Tanah Garapan seluas 35 Ha tepat berada di bagian hulu dari sumber mata air tersebut ikut andil secara swadaya dan  kontinue yang turut menjaga lingkungan Daerah Tangkapan Air  ( DTA ), agar debit mata air tetap utuh dan terjaga kualitas dan kuantitasnya sepanjang masa.......

Sabtu, 23 April 2011

KEBUN BIBIT RAKYAT KELOMPOK TANI SEKARWANGI CUGENANG - CIANJUR

Dengan adanya program penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang  direalisasikan oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, salah satu kelompok tani yang ada di Kabupaten Cianjur yaitu Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi yang diketuai oleh Bapak Makbul, telah melaksanakan kegiatan tersebut dengan menghasilkan jumlah bibit lebih dari 50000 bibit yang siap tanam.

Proses pelaksanaan Kebun Bibit Rakyat tersebut di mulai dari bulan September 2010 yang lalu, dengan anggaran yang diterima dari pemerintah untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut sebesar 50 juta Rupiah.

Dari mulai pengolahan lahan KBR hingga proses penyediaan bahan dan peralatan sampai bulan Januari 2011 bibit yang dihasilkan diantaranya : 20000 pohon Albasia ,  20000 pohon Kopi dan 10000 pohon Suren (jumlah tersebut merupakan hasil RUKK(Rencana Usulan Kegiatan Kelompok). Untuk mengantisipasi kematian tanaman, kelompok Sekarwangi ini memproduksi bibit sekitar 65000 bibit, jadi artinya 15000 bibit merupakan swadaya kelompok dengan jenis bibit tambahan Albasia dan kopi yang diperbanyak.

Hingga bulan Februari 2011 bibit tersebut siap untuk didistribusikan kepada masyarakat sekitar Desa Cirumput,  dengan rata-rata tinggi bibit yang siap tanam antara 40-50 cm. Luas lahan gundul yang akan ditanam lebih kurang 75 Ha yang merupakan lanan milk masyarakat.

Kelompok Sekarwangi ini akan merancang sistim Data Base pohon untuk dapat memudahkan pengontrolan dalam pemeliharaan ke depan, agar semua bibit KBR yang ditanam betul-betul bisa tumbuh baik di lapangan.

Jumat, 15 April 2011

KEGIATAN KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT SEKARWANGI DALAM RANGKA MEREHABILITASI HUTAN

Keinginan kuat untuk menjadikan hutan kawasan sebagai hutan lindung diperlihatkan oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi di Kampung Barulega, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Sejumlah 96 anggota kelompok ini mampu mengelola 35 hektar hutan kawasan menjadi hutan lindung.

Pada tahun 1968 hutan itu masih hutan belantara kemudian memasuki 1978 hutan dikelola oleh Perhutani. Sekitar tahun 1998 hutan yang mulanya ditumbuhi pepohonan kini menjadi terlantar dan gundul, yang tumbuh pada saat itu hanyalah kaso dan alang-alang.

"Warga yang tinggal di daerah ini sangat prihatin karena hutan gundul bahkan sempat kekurangan air bersih. Dari keprihatinan itu kami pun sepakat untuk menanami pohon-pohonan dengan membentuk Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi pada tahun 2000," tutur Ketua Kelompok Tani Hutan Sekarwangi Makbul (55) yang merupakan petani finalis peraih Kalpataru tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 yang lalu.

Kondisi yang memprihatinkan setiap memasuki Agustus, di Kampung Barulega dan sekitarnya kerap kekurangan air bersih. Namun, berkat usaha warga sekitar dan dibantu salah satu perusahaan asal Jepang PT Transplar Indo, sekitar tahun 1997 ketersediaan air bersih dapat terpenuhi. Warga setempat juga membuat sumur air bersih di hulu sungai Lebak Saat.

Ketika hutan gundul terjadi erosi pada 42 lokasi hingga memaksa warga harus kembali menanami pohon di sekitar lokasi lahan itu. "Lahan seluas 35 hektar itu sudah mulai kami tanami 15 ribu pohon hasil swadaya warga penggarap," ujar Makbul.
Berkat kegigihan Makbul dan anggota kelompoknya, sekarang hutan lindung yang sudah masuk kawasan konservasi TNGP kembali lebat dengan berbagai pepohonan. Kawasan di blok itu kerap dijadikan tempat pelatihan dan praktek dari kehutanan dan mahasiswa.