Senin, 17 Oktober 2011

LESTARIKAN HUTAN KITA


Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat ulah tangan manusia, karenanya Alloh menimpakan sebahagian azab akibat perbuatan mereka, mudah-mudahan mereka sadar dan mau kembali ke jalan yang benar “             (Q.S Annur 44)

Menurunnya kualitas dan kuantitas air di Kabupaten Cianjur, yang diikuti oleh efek negatif disegala bidang merupakan ancaman serius bagi kehidupan, gagal panen, bibit penyakit, fluktuasi suhu udara dan debet air yang tinggi, perubahan musim yang tidak menentu, banjir dikala hujan, kekeringan dikala kemarau, sulitnya lapangan kerja hingga maraknya kejahatan merupakan indikator rusaknya lingkungan.
Sungai dan hutan dalam kontek peran dan fungsinya merupakan dua unsur lingkungan yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan manusia karena Sungai dan Hutan merupakan penyimpan dan pendistribusian air secara alami sedangkan air memiliki fungsi sangat vital bagi  kehidupan, tak ada makhluk hidup yang mampu bertahan hidup tanpa adanya air oleh karena itu peran dan fungsi air tidak dapat diganti dengan barang apapun walau dengan barang yang paling mahal harganya.
Rusaknya stabilitas air baik kualitas, kontinyuitas keberadaannya maupun fluktuasi debet air antara musim hujan dan musim kemarau yang terlalu tinggi merupakan mala petaka yang sangat menghawatirkan.
Isu utama yang mengakibatkan rusaknya stabilitas air adalah alih fungsi hutan dan sungai, ”Hutan” yang semestinya menjadi penyimpan dan pengatur air yang alami dan permanent, namun karena adanya interpensi manusia yang didominasi oleh kepentingan sesaat dan kurang peduli terhadap keseimbangan lingkungan, beralih fungsilah menjadi perkebunan, pesawahan, maupun pemukiman sehingga mengakibatkan kehancuran disegala bidang seperti banjir, longsor,  kekeringan, bibit penyakit, gagal panen, pengangguran hingga maraknya kejahatan, “Sungai yang semestinya menjadi sistem pendistribusian air baku untuk kebutuhan masyarakat, beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah baik bersekala industri maupun domistik, akibatnya kualitas air menjadi rusak polusi air, tanah dan udara sangat tinggi bibit penyakit semakin meningkat, biaya  hidup semakin tinggi, dan banyak lagi akibat yang lainnya.
Atas dasar itulah maka kami berinisiatif membentuk sebuah wadah koordinasi, konsultasi  dan komunikasi yang menamakan diri SEKARWANGI, akan tetapi Sekarwangi dengan serba keterbatasannya sudah barang tentu tidak dapat membuktikan peran dan fungsinya secara optimal jika tidak didukung oleh peran serta semua pihak, karena perbaikan, pemeliharaan dan pelestarian lingkungan merupakan kewajiban kita semua selaku pengguna lingkungan baik masyarakat wilayah hulu sebagai produsen ketersediaan air maupun masyarakat wilayah hilir sebagai pengguna air, oleh karena itu partisipasi semua pihak sangat  kami harapkan.

RENUNGAN KITA......."KETERSEDIAAN AIR SANGAT TERBATAS" ADAKAH UNTUK ANAK CUCU KITA???


  • Dari mana sumber air minum kita berasal?
  • Dimana cadangan air minum kita berada? 
  • Untuk berapa lama cadangan air minum kita? 
  • Untuk apa saja manfaat air dalam kehidupan? 
  • Berapa banyak air yang kita butuhkan setiap hari? 
  • Jika cadangan air yang kita butuhkan habis, darimana kita bisa mendapatkannya lagi? 
  • Bagaimana jika kita haus tapi tidak mendapatkan air minum? 
  • Apa yang akan terjadi jika sumur atau sumber air minum kita kering? 
  • Bagaimana nasib kita jika sungai-sungai telah kering? 
  • Mungkinkah sawah, ladang, kolam akan berhasil tanpa air? 
  • Mungkinkah hewan, tumbuhan akan hidup dan berkembang tanpa air? 
  • Bagaimana nasib anak cucu kita jika mereka mengalami kesulitan air untuk minum dan untuk kebutuhan sehari-hari? 
  • Bagaimana jika semua air telah tercemar oleh sampah dan limbah? 
  • Siapa yang harus memperbaiki dan menanggulangi pencemaran itu? 
  • Bagaimana cara menanggulanginya? 
  • KAPAN DIMUALINYA........??????

Sabtu, 15 Oktober 2011

PENYEBAB TERJADINYA GLOBAL WARMING

1. Pengertian Global Warming
Global Warming atau Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari setiap negara. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,  serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba pada permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global

Analisis penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.  Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.  Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
3. Kesimpulan
Pada dasrnya penyebab terjadinya Global Warming atau Pemanasan Global  diakibatkan oleh ulah aktifitas manusia itu sendiri yang berlebihan, antara lain:
  • pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang melepas karbondioksida serta gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer.
  • Penggunaan listrik ataupun bahan bakar yang berlebihan merupakan salah satu penyebab meningkatnya gas rumah kaca
  • Ketika atmosfer semakin kaya akan gas-gas rumah kaca, maka ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak panas dari matahari yang dipancarkan ke bumi.
  • Ditambah pengaruh perubahan permukaan tanah yang dieksploitasi secara besar-besaran/berlebihan (pembukaan lahan, penebangan hutan, pembakaran hutan)

Pemanasan global merupakan isu global, sehingga memerlukan upaya global untuk mengurangi dampaknya terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan.
Di dalam negeri, pemerintah perlu untuk meningkatkan tingkat kesadaran di kalangan masyarakat umum

Sabtu, 08 Oktober 2011

RINGKASAN EKSEKUTIF KEGIATAN KEBUN BIBIT RAKKYAT (KBR)

Kegiatan Kebun Bibit Rakyat yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi Desa Cirumput Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur merupakan salah satu program Menteri Kehutanan dalam bidang penghijauan sebagaimana yang dimuat dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P-24/Menhut-II/2010, tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat.

Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi merupakan salah satu Pengelola Kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) yang ada di Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur sebelumnya telah menbuat Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) mengenai uraian kegiatan dalam pelaksanaan KBR yang diajukan  kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur. Kemudian setelah RUKK dibuat, selanjutnya penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor : 522/18/SPKS-KBR/DKP/2010, tentang Pembangunan Kebun Bibit Rakyat Antara Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten Cianjur dengan Kelompok Pengelola KBR Sekarwangi Desa Cirumput.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses kegiatan Kebun Bibit Rakyat yang telah dilaksanakan diantaranya :
1)      Persiapan dan Pengolahan lahan untuk lokasi KBR (dari mulai pembersihan lahan, pemasangan patok batas areal dan batas bedengan hingga pembuatan bedengan),
2)      Penyiapan media tanam (pengadaan pupuk organik / pupuk bokasi),
3)      Pengadaan benih sesuai RUKK (Benih Suren, Albazia dan Kopi),
4)      Pengadaan alat dan bahan yang diperlukan sesuai kebutuhan KBR yang dimuat dalam RUKK (Polybag, alat penyiraman, bambu batang, paranet, obat-obatan dll),
5)      Pemeliharaan (penyiraman, penyiangan, pemupukan, penyulaman dll) ,
6)      Pendistribusian Bibit KBR kepada masyarakat (penetapan lokasi penanaman KBR. Sosialisasi penanaman dan penandatangan berita acara serah terima bibit KBR antara kelompok pengelola KBR dengan kelompok penanaman).

Besarnya anggaran yang diterima oleh kelompok pengelola KBR yaitu sebesar Rp.50.000.000,-(Lima Puluh juta Rupiah) yang diterima langsung oleh pengurus kelompok melalui Rekening Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi dengan Nomor Rekening : 4065-01-003607-53-6 atas Bank BRI Unit Cijedil Cianjur. Penggunaan anggaran tersebut digunakan sesuai dengan RUKK yang merupakan rangkaian proses kegiatan Kebun Bibit Rakyat yang dilaksanakan sejak penerimaan dana untuk kegiatan KBR yang dimulai dari Bulan Oktober Tahun 2010 sampai akhir kegiatan KBR yakni Bulan Februari Tahun 2011.

Pelaksanaan kegiatan KBR tersebut berjalan selama ±5 Bulan, jumlah bibit KBR yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi desa Cirumput yaitu : bibit Suren sebanyak 10.000 batang, bibit Albazia sebanyak 20.000 batang dan bibit kopi sebanyak 20.000 batang, jadi jumlah total bibit yang dihasilkan dari kegiatan KBR tersebut sebanyak 50.000 batang. Tinggi bibit pada saat didistribusikan rata-rata 40 - 60  cm yang ditanam dilahan milik masyarakat seluas ±75 Ha yang disebar di Tiga Desa. Wilayah penyebaran bibit KBR tersebut diantaranya :
1)      Desa Cirumput yang meliputi Blok Lebaksaat, Blok Barulega dan Blok Tugu dengan jenis bibit yang distribusikan Albazia, Suren dan kopi dengan jumlah total bibit sebanyak 38000 batang.
2)      Desa Padaluyu yang meliputi Blok Rasamala dan Blok Kebonlamping dengan jenis bibit yang didistribusikan Albazia dengan jumlah 8000 batang.
3)      Desa Talaga yang meliputi Blok Banjar dan Blok Bayabang dengan jenis bibit yang didistribusikan Albazia dengan jumlah 4000 batang.
Pelaksanaan kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) merupakan hasil Koordinasi dengan pemrintah Desa setempat dan menjadi tanggung jawab penuh kelompok pengelola KBR yang didampingi oleh tim pendamping dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur, baik secara tekhnis dilapangan maupun tekhnis administrasi sebagai laporan kegiatan. Monitoring dan evaluasi di lapangan telah dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cianjur serta oleh BPDAS Citarum – Ciliwung.
Dengan adanya kegiatan KBR ini menjadi salah satu modal untuk masyarakat yang akan menjadi landasan untuk tetap menjaga keberlanjutan program, serta lebih meningkatkan kesejatraan ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perbaikan lingkungan, terutama bidang penghijauan. Sehingga apa yang diharapkan dari adanya program KBR ini bisa terwujud dengan baik dan lebih bermanfaat untuk masyarakat luas yang ada di Indonesia.

A. LATAR BELAKANG
Sebagian luas lahan gundul dan lahan kritis di Kabupaten Cianjur terdapat pada kawasan sub DAS Cilaku yang perlu dikembalikan fungsinya sebagai Daerah Tangkapan Air (DTA). Adanya laju pertambahan penduduk dan percepatan pembangunan diberbagai kawasan Indonesia, khusunya kawasan Sub DAS Cilaku mengakibatkan banyak alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang wilayah Kabupaten Cianjur, sehingga kondisi Daerah Tangkapan Air yang ada di kawasan sub DAS Cilaku semakin mengkhawatirkan yang mengakibatkan menyusutnya sumber air di permukaan tanah, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Untuk mengembalikan fungsi lahan tersebut, Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi perlu bekerjasama dengan pihak pemerintah desa setempat serta dengan Dinas/intansi terkait di Kabupaten  Cianjur untuk melakukan penanaman pohon pada lahan-lahan gundul / kritis yang ada di kawasan sub DAS Cilaku.
Dalam rangka meningkatkan pengelolaan lahan gundul dan lahan kritis tersebut, perlu adanya stok bibit untuk ditanam pada lahan-lahan tersebut. Kegiatan pembuatan Kebun Bibit Rakyat  (KBR) yang intensif dan berkelanjutan adalah salah satu strategi yang perlu dijalankan guna memenuhi kualitas dan kuantitas bibit untuk kebutuhan penanaman di lahan hutan dan lahan kebun rakyat, sehinga rehabilitasi lahan dapat dilakukan secara utuh dan berkelanjutan oleh masyarakat secara mandiri, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan monitoring serta evaluasi partisipasif dalam rangka mewujudkan keberlanjutan pelestarian lingkungan.
Desa Cirumput Kec. Cugenang Kab. Cianjur adalah salah satu desa yang berada di wilayah hulu sub DAS Cilaku yang sangat pontensial di dalam pengembangan kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR) dengan batas adminitrasi desa sebagai berikut.
·         Sebelah utara            : Desa Ralaga Kecamatan Cugenang
·         Sebelah Selatan         : Desa Padaluyu Kecamatan Cugenang
·         Sebelah Timur           : Desa Nagrak Kecamatan Cianjur
·         Sebelah Barat            : Kebun Teh PTPN VIII Gedeh 2 / Kawasan Hutan Lindung TNGP
Luas wilayah menurut penggunaan, yaitu:
·         Luas permukiman                              : ±75 Ha
·         Luas pesawahan                                : ±150 Ha
·         Luas pekarangan/kebun/hutan         : ±120 Ha
·         Lain-lain                                             : ±29,2 Ha
·         Total luas                                           : ±374,2 Ha
Mata pencaharian masyarakat desa ini sebagian besar adalah petani dan buruh tani dengan komoditi tanaman pangan diantaranya: Padi sawah, jagung, singkong, cabe, mentimun, pisang. Sumber  air desa yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari berasal dari :
·         Mata air Cibinong dan Cikiara yang dimanfaatkan oleh ±600 KK dalam kondisi baik
·         Mata air Cirumput yang dimanfaatkan oleh ±1200 KK dalam kondisi baik
·         30 titik mata air lainnya yang dimanfaatkan oleh ±400 KK dalam kondisi baik
·         50 sumur timba/pompa yang dimanfaatkan oleh ±250 KK dalam kondisi baik

Dua bantaran yang menjadi batas desa ini dengan desa lainnya adalah sungai Cisarua gede sebagai pembatas dengan desa Padaluyu dan sungai Cibanteng yang menjadi pembatas dengan desa Talaga. Dua bantaran / sungai tersebut merupakan anak sungai sub DAS Cilaku.
Untuk itu agar penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat bisa terwujud dan berkelanjutan perlu adanya kerjasama antara intansi terkait dengan kelompok tani (yang dalam hal ini menjadi pelaksana dalam kegiatan tersebut) supaya mendapat dukungan penuh dari semua pihak dalam penyediann fasilitas dana, tekhnis serta manajemen kelembagaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang akan mendampingi jalannya program Kebun Bibit Rakyat (KBR) dari awal sampai akhir kegiatan. Upaya tersebut dilakukan untuk mendapatkan bibit berkualitas dari persemaian kelompok tani di desa, sehingga proses rehabilitasi lahan gundul dan lahan kritis di sub-sub DAS serta DAS yang ada di Indonesia, terutama DAS Citarum-Ciliwung dapat lebih dihijaukan serta dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.


B. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN
a.      Tujuan
Tujuan kelompok masyarakat melakukan program Kebun Bibit Rakyat (KBR) atau persemaian ini adalah salah satu upaya kelompok dalam mewujudkan program pemerintah yang menjadi rencana aksi rehabilitasi lahan. Adapun tujuan lainnya adalah :
1)      Masyarakat bisa menghasilkan bibit berkualitas serta cocok dan sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanam dilahan-lahan gundul / kritis milik masyarakt maupun pihak lainnya yang akan ditanami.
2)      KBR yang disiapkan oleh kelompok pengelola menjadi stok bibit yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang dapat merehabilitasi lahan di kawasan DAS Citarum-Ciliwung.
3)      Persediaan bibit untuk kebutuhan masyarakat selalu terpenuhi setiap saat secara berkelanjutan.
b.      Sasaran Kegiatan
Sasaran dari penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat tersebut yaitu :
1)      Terwujudnya kemandirian kelompok tani melalui pengembangan kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR)
2)      Terbangunya sentra pengembangan pembibitan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat
3)      Terciptanya iklim yang kondusif dalam penanganan isu pemanasan global worming

C. DASAR HUKUM PELAKSANAAN KEGIATAN  KBR

Dasar hukum penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat (KBR) Tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi di desa Cirumput antara lain :
1.      Peraturan Menteri KehutananRepublik Indonesia Nomor : P-24/Menhut-II/2010, tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat,
2.      Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Cianjur Nomor : 522/14/DKP/2010, tentang Penetapan Lokasi Kebun Bibit Rakyat (KBR) Dan Kelompok Tani Pengelola Kebun Bibit Rakyat Dinas Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Cianjur Tahun 2010.
3.      Surat Perjanjian Kerja Sama Nomor : 522/18/SPKS.KBR/DKP/2010, tentang Pembangunan Kebun Bibit Rakyat Antara Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten Cianjur Dengan Kelompok Pengelola KBR Sekarwangi Desa Cirumput.