Keinginan kuat untuk menjadikan hutan kawasan sebagai hutan lindung diperlihatkan oleh Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi di Kampung Barulega, Desa Cirumput, Kecamatan Cugenang, Cianjur. Sejumlah 96 anggota kelompok ini mampu mengelola 35 hektar hutan kawasan menjadi hutan lindung.
Pada tahun 1968 hutan itu masih hutan belantara kemudian memasuki 1978 hutan dikelola oleh Perhutani. Sekitar tahun 1998 hutan yang mulanya ditumbuhi pepohonan kini menjadi terlantar dan gundul, yang tumbuh pada saat itu hanyalah kaso dan alang-alang.
"Warga yang tinggal di daerah ini sangat prihatin karena hutan gundul bahkan sempat kekurangan air bersih. Dari keprihatinan itu kami pun sepakat untuk menanami pohon-pohonan dengan membentuk Kelompok Tani Hutan Rakyat Sekarwangi pada tahun 2000," tutur Ketua Kelompok Tani Hutan Sekarwangi Makbul (55) yang merupakan petani finalis peraih Kalpataru tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2006 yang lalu.
Kondisi yang memprihatinkan setiap memasuki Agustus, di Kampung Barulega dan sekitarnya kerap kekurangan air bersih. Namun, berkat usaha warga sekitar dan dibantu salah satu perusahaan asal Jepang PT Transplar Indo, sekitar tahun 1997 ketersediaan air bersih dapat terpenuhi. Warga setempat juga membuat sumur air bersih di hulu sungai Lebak Saat.
Ketika hutan gundul terjadi erosi pada 42 lokasi hingga memaksa warga harus kembali menanami pohon di sekitar lokasi lahan itu. "Lahan seluas 35 hektar itu sudah mulai kami tanami 15 ribu pohon hasil swadaya warga penggarap," ujar Makbul.
Berkat kegigihan Makbul dan anggota kelompoknya, sekarang hutan lindung yang sudah masuk kawasan konservasi TNGP kembali lebat dengan berbagai pepohonan. Kawasan di blok itu kerap dijadikan tempat pelatihan dan praktek dari kehutanan dan mahasiswa.